Cuteki kawaii

Welcomeee..... !!!!!!!!!! :)) :)) :))

this is my note, share for everyone . . . . .

Rabu, 16 November 2011

ANALISIS NOVEL STUDENT HIDJO

ANALISIS NOVEL STUDENT HIDJO
Makalah
diajukan untuk memenuhi tugas akhir Matakuliah Apresiasi Prosa Fiksi Indonesia
Dosen Pengampu : Halimah, M.Pd.

disusun oleh :
Adyra Aradea Febriana          1002583
Dea Triani Rachmawati          1002652
Dhieni Nurfitriani                   1002625
Novi Febriyani                        1006020
Roby Aji                                 1005459
DIK-A

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2010/2011
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr.Wb.
            Puji syukur ke hadirat Allah swt. karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan laporan pembahasan tepat pada waktunya.
Makalah ini kami susun sebagai salahsatu tugas akhir dari Matakuliah Apresiasi Prosa Fiksi Indonesia. Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk terbiasa berfikir kritis, logis, realistis dan sistematis dalam menghadapi hal-hal yang baru. Dalam hal ini dititikberatkan yaitu memenuhi salah satu syarat akademis tahun pelajaran 2010-1011.
            Laporan ini terdiri atas beberapa bab menjelaskan sesuatu yang menyusun perolehan dari kegiatan analisis dan diskusi. Kami berusaha memaparkan serinci mungkin agar para pembaca dapat mengerti secara jelas tentang unsure-unsur yang ada pada sebuah karya sastra seperti novel, contohnya novel Student Hidjo ini.
            Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami untuk menyelesaikan laporan ini. Dan, kami tetap mengharapkan sumbang saran dan kritik agar dalam penyusunan laporan selanjutnya dapat lebih baik lagi.
            Akhirnya semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami, umumnya bagi para pembaca sekalian.
            Wassalamualaikum Wr.Wb

Bandung,  Juni 2011

                                                                       
                                                                                                                                                                                                                                                Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
                        KATA PENGANTAR ……………………………………           i
                        DAFTAR ISI ……………………………………………..           ii
BAB I             PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang ……………………………………………           1
1.2              Tujuan Penulisan ………………………………………….           1
BAB II                        PEMBAHASAN
BAB III          PENUTUP
            3.1       Simpulan …………………………………………………..          8
            3.2       Saran ………………………………………………………          8
                        DAFTAR PUSTAKA







ii
BAB I
PENDAHULUAN


1.1       Latar Belakang
            Apresiasi merupakan kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga timbul pengertian, penghargaan, kepekaan, pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.
            Prosa Fiksi merupakan ragam sastra yang dibedakan dari puisi karena tidak terikat oleh, irama, rima, dan kemerduan bunyi yang bersifat rekaan atau khayalan atau sesuatu yang direka, jenis karya sastra yang berisi kisahan yang direka, contohnya Novel dan salah satunya Novel Student Hidjo yang kami analisis. Roman perintis sastra perlawanan dipinggirkan oleh hegemoni Balai Pustaka.
            Pentingnya menganalisis sebuah novel merupakan pemberian apresiasi yang lebih terhadap karya sastra sebagai penghargaan terhadap karya-karya sastra itu sendiri.


1.2       Tujuan Pembahasan
Dalam penyusunan, laporan ini memiliki tujuan yang mendasari penulis
dalam penyampaian materi ini, yaitu untuk mengetahui apa-apa saja yang menjadi unsur-unsur dalam sebuah novel.







1
BAB II
PEMBAHASAN


2.1       SINOPSIS
Novel yang menggambarkan tentang kehidupan kaum priyayi Jawa dengan berbagai kemudahan-kemudahan yang mereka peroleh, seperti kemudahan menimba pendidikan. Suasana masa-masa pergerakan, terutama Sarekat Islam, yang merupakan organisasi masyarakat yang sangat popular.
Kisah diawali dengan rencana orangtua Hidjo menyekolahkan ke Belanda. Ayah Hidjo, Raden Potronojo, berharap dengan Hidjo ke Belanda, dia bisa mengangkat derajat keluarganya. Meskipun sudah menjadi saudagar yang berhasil dan bisa menyamai gaya hidup kaum priyayi murni dari garis keturunan, tidak lantas kesetaraan status sosial diperoleh, khususnya di mata orang-orang yang dekat dengan gouvernement, pemerintah kolonial. Berbeda dengan sang ayah, sang  ibu Raden Nganten Potronojo khawatir melepas anaknya ke negeri yang dinilai sarat "pergaulan" bebas.
Pendidikan di Belanda ternyata membuka mata dan pikiran yang sangat besar bagi Hidjo. Hidjo sang kutu buku yang terkenal "dingin" dan mendapat julukan "pendito" sampai onzijdig, banci, akhirnya pun terlibat hubungan seksual di luar nikah dengan Betje, putri directeur salah satu  maatschapij yang rumahnya ditumpangi Hidjo selama studi di Belanda. Pertentangan batin karena melakukan aib dan panggilan pulang ke Jawa akhirnya menguatkan Hidjo untuk memutuskan tali cinta pada Betje.
Persoalan menjadi sedikit berliku ketika perjodohan dengan Raden Adjeng Biroe yang masih sanak keluarga, meskipun sesungguhnya Hidjo terpikat dengan Raden Adjeng Woengoe, putri Regent Jarak yang sangat cantik. Di akhir cerita, ketegangan mendapat penyelesaian. Kebebasan memilih dan bercinta diangkat ketika Hidjo tidak langsung setuju pada pilihan orangtuanya akan tetapi mencari idamannya.
2
Rumus perjodohan berubah. Hidjo dijodohkan dan menikah dengan Woengoe, sementara Biroe dengan Raden Mas Wardojo kakak laki-laki Woengoe. Semua, baik yang menjodohkan dan yang dijodohkan, menerima dan bahagia. Betapa cerita perjodohan tidak selalu berakhir dengan tangis dan sengsara. Juga ditampilkan, bahwa mentalitas Nyai tidak selalu ada dalam diri inlander, yaitu ketika Woengoe menolak cinta Controleur Walter.
Selain itu, pengalaman Hidjo di Negeri Belanda telah membuka matanya. Ia melihat bahwa di negerinya sendiri bangsa Belanda ternyata tidak "setinggi" yang ia bayangkan. Hidjo menikmati sedikit hiburan murah ketika dia bisa memerintah orang-orang Belanda di hotel, restoran, atau di rumah tumpangan yang mustahil dilakukan di Hindia.

2.2       TOKOH dan PENOKOHAN
            1. Hidjo = Pemuda berumur 18 tahun, wataknya pendiam, berbudi pekerti baik, menurut pada orang tua, gila membaca, meski begitu ia mudah bergaul bahkan terkadang gampang terpengaruh. Dia seorang anak saudagar kaya bernama Raden Protonojo dan Raden Nganten.
“… Kalau saya pikir, besok atau tujuh tahun lagi, cukuplah kedua anak itu dikawinkan. Sebab saat ini Hidjo baru berumur 18 tahun dan Biroe 13 tahun.”
“Ayah, Ibu, dan saudara lelaki saya cinta sekali dengan Tuan Hidjo. Sebab dia anak pintar dan halus budi bahasanya. Kalau dia tidak ditanya, dia tidak berkata. Dia pendiam sekali.”
“Selama Hidjo menunggu Raden Ajeng Biroe yang sedang mandi, ia tak lupa mengambil buku Raden Ajeng untuk dibaca sambil menunggu tunangannya.”
“Malam itu pikiran Hidjo selalu tergoda oleh ceritanya Faust yang telah dilihatnya di Koninklijke Schowburg.”


3
2. Raden Ajeng Biroe = Gadis cantik berumur 13 tahun, berbudi pekerti
baik, menurut kepada orang tua, lembut dan sopan, meski begitu ia bukan gadis kaku. Dia merupakan sepupu dari Hidjo yang dijodohkan sejak kecil.
“Perkataan ibu Hidjo itu disambut dengan wajah manis oleh Raden Ajeng Biroe.”
“Lantaran mendengar perkataan Hidjo, dengan berani Raden Ajeng melemparkan selendang suteranya tepat mengenai dada Hidjo. Hal itu menunjukkan perkataan Hidjo membikin hatinya bahagia.”

3. Raden Ajeng Woengoe = Gadis cantik yang merupakan teman sekelas
Hidjo, berwatak lembut, sopan, anggun, mudah bergaul dan berbudi baik. Tapi Putri dari Ragent Djarak ini memiliki kebangsawanan yang kuat.
“Saya kenal anak Tuan. Sebab ia teman sekolah anak saya, Raden Woengoe”
“Saya senang sekali berkumpul dengan orang seperti Tuan Hdijo itu, kata Raden Woengoe sambil memegang kalung zamrudnya. Sebab kata-katanya dapat dirasakan dan mengandung nasihat yang bagus-bagus.”
“Pakaian Raden Ajeng Woengoe yang serba sutera, melekat dibadannya yang kuning itu, sudah menunjukkan bahwa hatinya senang dan badannya sudah sehat. Kalung zamrud dan cincin berlian yang dipakainya semakin elok paras wajahnya. Sepatu bagus yang dipakai Raden Woengoe membikin bagus jalannya dan bisa menambah banyak bicara daripada biasanya. Waktu ia berdiri di depan cermin yang ada di pendopohotel, dia sendiri merasa heran melihat wajahnya sendiri, karena semakin bertambah manis.”

4. Wardojo = Merupakan kakak dari Raden Ajeng Woengo, berwatak
lembut, sopan, mudah bergaul dan berbudi baik. Namun juga sifat keradenannya kuat.

4
“Waktu Raden Mas Wardojo sedang meloncat dari tempat duduknya hendak pindah ke belakang, kedua raden ajaeng itu sama-sama memberi tempat untuk Raden Mas ada di tengah. Yaitu sebagaimana adat kesopanan Eropa.”
“Mobil yang membawa kedua Rden Ajeng dan Raden Mas Wardojo berjalan di depan. Tetapi Raden Mas duduk jejer dengan sopir mobil.”

5. Betje = Gadis Belanda yang mudah bergaul, sangat tulus mencintai
Hidjo, suka menggoda, cenderung bebas dalam bergaul, melakukan apa yang dia suka.
            “Apakah Tuan nanti suka melihat Lili Green? Tanya Betje seraya duduk di
kursi Hidjo. Di mana? Tanya Hidjo seraya duduk si atas meja tulis sambil
melihat wajah nona manis itu. Ada di Prinsesse Schouwburg tadi saya
membaca advertintenti-nya di Het Vaderland, kata Betje sambil kaki
kanannya ditumpangkan di atas kaki kirinya dan matanya memandang
ujung sepatunya, sebagai tanda bahwa ia ingin sekali melihatnya. Baik,
kata Hidjo lagi.”

6. Raden Protonojo = Ayah Hidjo, seorang saudagar kaya yang memegang teguh nilai-nilai agama. Memandang kesamaan derajat manusia dan berlaku baik terhadap keluarganya. Namun keras kepala dalam mencapai keinginannya. Ia tidak suka dianggap kaum rendah.
“Saya itu hanya seorang saudagar. Kamu tahu sendiri. Waktu ini, orang seperti saya masih dipandang rendah oleh orang-orang pegawai Pemerintahan. Kadang-kadang saudara kita sendiri yang turut menjadi pegawai Pemerintahan tidak mau kumpul dengan kita. Sebab dia pikir derajatnya lebih tinggi daripada kita yang hanay menjadi saudagar atau petani. Maksud saya mengirimkan Hidjo ke Belanda itu, supaya orang-orang tidak merendahkan kita bisa mengerti bahwa manusia itu sama saja. Buktinya anak kita juga bisa belajar bersama Bupati dan pangeran-pangeran.
5
“Tidak Adinda, jangan takut. Semua nasib Hidjo, sebaiknya kita serahkan saja kepada Tuhan, kata Raden Potro.”

7. Raden Nganten = Ibu Hidjo, seorang yang sangat takut terhadap
pengaruh budaya barat yang bebas, sangat menyayangi Hidjo sehingga timbul kehawatiran yang berlebihan.
            “Kanda… Kanda.. Bagaimana mungkin anakmu kamu kirim ke Negeri
Belanda. Begitulah, Raden Nganten Potronojo menangis di depan
suaminya, waktu ia dikasih tahu bahwa anak lelakinya akan dikirim ke
Belanda untuk sekolah insinyur.”
“Tetapi Kanda, kata Raden Nganten sambil menyapu airmatanya, waktu
ini di Eropa baru terjadi peperangan. Saya khawatir kalau Hidjo mendapat
malapetaka di perjalanan. Sebab orang berkata, waktu ini perjalan ke
Eropa sedang sulit. Juga saya mendengar kabar banyak kapal yang
tenggelam lantaran kena tambang atau dibinasakan oleh kapal selam.”
“Apa masih perlu kita melakukan itu Kanda? Kata Raden Nagnten. Toch Hidjo sudah cukup sekolahnya untuk menjadi priyayi. Dan kalau saya pikir, kepandaiannya juga sudah melebihi anak-anak pangeran dan Bupati. Sebab banyak anak-anak pangeran dan Bupati yang tidak bisa belajar seperti Hidjo. Lagi pula, Kanda juga harus memikirkan godaan perempuan bagi anak-anak Jawa yang belajar di Negeri Belanda.”

2.3       ALUR
  1. Hidjo dikirim ke Belanda  melanjutkan sekolahnya menjadi insinyur.
  2. Keluarga Hidjo berkenalan dengan Raden Ajeng Woengoe di Hotel Baratadem setelah mengantar Hidjo yang hendak berangkat ke Belanda. Hubungan keluarga mereka semakin erat.
  3. Hidjo terlibat kisah cinta dengan Betje, anak tuan rumah yang ia tumpangi di Belanda.

6
  1. Hidjo merasa bersalah atas perbuatannya di Belanda, terlebih lagi setelah ia menerima surat dari Biroe, Woengoe, dan Wardojo.
  2. Hidjo memutuskan kembali ke Jawa dan meninggalkan Betje karena takut terpengaruh oleh gaya hidup yang bertentangan dengan norma-norma timur.
  3. Hidjo dijodohkan dengan Woengoe, sedangkan Biroe tunangannya dijodohkan dengan Wardojo, kaka laki-laki Woengoe.

2.4       LATAR
            Latar atau setting yang dikisahkan dalam Novel Student Hidjo ini terjadi di Indonesia dan Belanda sekitar tahun ’20an, ketika dalam masyarakat kolonial masih berkembang diskriminasi ras dan golongan.

2.5       TEMA
            Novel Student Hidjo ini  bertema tentang pertentangan kebudayaan dan kehidupan kaum priyayi pada masa kolonial.

2.6       NILAI SASTRA
  1. Gaya bahasa : realis dan jauh dari perumpamaan (metafora)
  2. Nilai Budaya : pertentangan kenyataan hubungan antara kaum pribumi dan kolonial di Indonesia dan Belanda pada masa kolonial
            - diskriminasi ras dan golongan
  1. Nilai politik : anggota-anggota Serikat Islam cenderung lebih mudah mendapatkan fasilitas-fasilitas.






7
BAB III
PENUTUP

3.1       Simpulan
            Mengapresiasi sebuah karya sastra dirasa sangat penting untuk membiasakan mahasiswa berpikir kritis dan memberikan penghargaan terhdap karya-karya sastra yang dinilai bermanfaat baik untuk nilai sejarah, pengetahuan ataupun politik. Selain itu, bisa juga merasakan kenikmatan dari karya sastra yang dinilai berhasil membangkitkan paradigma-pradigma baru bagi berbagai aspek bidang kehidupan manusia.


3.2       Saran
Bagi pembaca diahrapkan bisa lebih serius lagi dalam mengapresiasi
sebuah karya sastra seperti novel atau bentuk prosa lainnya, karena akan sangat bermanfaat bagi kehidupan kita kelak selain memberikan hiburan bagi penikmat membaca. Selain bisa dijadikan lebih mengenal sejarah seperti novel Student Hidjo ini yang syarat akan nilai sejarah pada zaman tahun ’20-an, kita juga bisa mengambil pelajaran-pelajaran yang tercantum dalam karya sastra bagi kehidupan. (2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar