Cuteki kawaii

Welcomeee..... !!!!!!!!!! :)) :)) :))

this is my note, share for everyone . . . . .

Senin, 03 Oktober 2011

Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul (1999)

Wiji ThukulHanya Satu Kata: Lawan!
seumpama bunga
kami adalah bunga yang
dirontokkan di bumi kami sendiri
Sastra tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Ia menyuarakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar manusia dengan tenang, sedikit menggelegar, bahkan garang. Tentunya, dari sekian metode penyampaian sebuah karya sastra kepada khalayak, segala risiko sudah siap menghadang.
Jika dicermati, salah satu dari beberapa persoalan yang kerap menjadi pemantik lahirnya karya sastra adalah persoalan politik. Politik dengan mudah dapat mengubah perasaan seorang rakyat jelata seperti raja. Ia juga dapat menyulap ajaran-ajaran agama yang luhur menjadi tak ubahnya barang dagangan. Bahkan, kita mungkin sudah tidak asing lagi dengan adagium “politik itu kotor.”
Dalam perjalanan politik bangsa ini, Orde Baru telah menerakan kenangan sejarah yang hitam putih di segala lini kehidupan. Dengan alasan menjaga “stabilitas keamanan nasional”, tangan besi Orde Baru terlalu berlebihan membungkam mulut rakyat. Pada kondisi semacam inilah biasanya suara hati nurani seseorang sulit untuk berbohong. Apalagi jika yang tampak di matanya adalah keberingasan penguasa yang ditumpahkan sewenang-wenang kepada rakyat jelata.
Wiji Thukul adalah salah seorang dari sekian ratus juta warga Indonesia yang memiliki kepekaan sosial yang sangat tinggi. Hati nuraninya terketuk ketika melihat kesewenang-wenangan sistem politik Orde Baru. Rakyat dan segala kekayaan sumber daya alam Indonesia bagi orde ini tak lebih dari sapi perah. Parahnya, para penguasa itu tidak hanya mengeksploitasi, tetapi juga berupaya melakukan pembodohan-pembodohan publik melalui jalur-jalur pendidikan, ekonomi, budaya, dan lain-lain. Maka, yang tampak adalah rakyat makin sengsara, sebagaimana digambarkan dalam puisi di bawah ini:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar